Minggu, 21 Juli 2013

Malcom X Shabazz : Revolusioner Muslim Amerika

Oleh : Tri Guntur Narwaya, M.Si


“Anda tidak seharusnya dibutakan dengan semangat patriotisme
sehingga tidak menyedari kenyataan. Apa yang salah itu adalah salah,
tidak kira siapa yang melakukan atau mengatakannya
(El-Hajj Malik El-Shabazz)


Tokoh dan orang besar akan lahir dari sebuah rahim sejarah yang membentuknya. Orang-orang besar tak lahir seperti cerita dongeng di negeri sulap. Ia tak terlahir begitu saja.  Seorang pahlawan atau orang-orang besar tak datang dari langit. Setiap pergolakan dan dinamika sejarah sosial yang keras telah terbukti mampu menempa lahirnya seorang yang besar. Salah satunya mungkin ingin ditunjukan dalam sosok seorang El-Hajj Malik El-Shabazz, seorang muslim Negro Afrika berkebangsaan Amerika Serikat yang amat terkenal dengan kiprah dan perannya dalam memperjuangkan harkat kemanusiaan kulit hitam. Ia yang kemudian lebih akrab dikenal dengan nama ‘Malcom X’ adalah pejuang muslim dan negro Amerika serikat yang menentang diskriminasi ras di Amerika. Nilai-nilai ke-Islaman menjadi inspirasi dan nilai besar yang mempengaruhi visi dan tindakannya.

Begitu besar dan bersejarahnya Malcom X bagi perjalanan Amerika Serikat, foto dan gambarnya telah dijadikan salah satu seri gambar perangko pos Amerika pada tahun 1999 sebagai pejuang kulit hitam yang bersejarah. Perangko tersebut menjadi pengingat bagi siapa saja atas seluruh peran besarnya tak hanya untuk sebuah perjuangan kemanusiaan, tetapi spirit Islam yang telah digelutinya. Malcom X menjadi legenda tidak terlupakan. Sebuah narasi emas bagi perjuangan Islam di Amerika. Begitu luar biasanya peran dan keterlibatannya dalam memperjuangkan anti diskriminasi, otobiografi malcom X telah dianggap menjadi salah satu karya non fiksi terbaik abad ini. Kisah Malcom X adalah kisah inspirasi besar yang hampir bisa disejajarkan dengan karya-karya besar lainnya. Jika bagi bangsa Amerika, mempunyai tokoh besar seperti Martin Luther King, maka bagi bangsa muslim Amerika, mereka mempunyai legenda hidup yakni Malcom X.

Malcom X Shabazz terlahir di kota Omaha, Nesbraka, Amerika Serikat (19 Mei 1925–21 Februari 1965). Keluarganya berasal dari bangsa kulit hitam Amerika. Ayah kandung Malcom X, Earl Little, adalah seorang pendeta Kristen yang juga seorang pemimpin pada U.N.I.A (Univesal Negro Improvement Association) yang bergerak untuk sebuah misi pemurnian ras kulit hitam di Amerika Serikat. Terlahir dalam rahim kandung kulit hitam, bagi bangsa Amerika saat itu adalah sebuah kutukan. Diskriminasi dan pemarginalan orang-prang negro begitu brutal. Mereka dianggap masyarakat kelas rendah yang tersedia sebagai budak. Bahkan banyak orang kulit putih merasa dirinya adalah lebih manusia dibanding mereka yang berkulit hitam. Malcom X terlahir dalam sejarah ketika bangsa Amerika belum selesai melampui dan menyadari kekeliruan atas politik diskriminasi yang dijalankan.

Buku otobiografi Malcom X yang diterbitkan penerbit Ufuk Press ini adalah sebuah karya besar dari legenda pejuang muslim di Amerika. Otobiografi yang ditulis bersama Alex Haley ini merupakan catatan lengkap yang bisa dibaca tentang sepak terjang Malcom X. Karya aslinya yang berbahasa Inggris yakni The Autobiografi of Malcom X : As Told to Alex Haley menjadi catatan penting  bagi sebuah kisah pribadi pejuang muslim negro tersebut. Kisah otobiografi ini begitu menarik sebagai sebuah prosa hidup bagaimana kehidupan dihayati, dipahami dan dikerjakan oleh Malcom X. Sebuah pengembaraan panjang seorang pejuang muslim yang memberikan banyak inspirasi dan juga pengetahuan bagi generasi sesudahnya.

Perjalanan masa kecilnya selalu bertemu dengan  begitu ganasnya problem sosial. Malcom X bersama keluarganya adalah hanya salah satu gambaran menyedihkan bagaimana politik penghinaan dan diskriminasi berlangsung begitu vulgarnya. Digambarkan dalam kisah hidupnya, bagaimana keluarga dan lingkungan masyarakat kulit hitam menjadi himpunan orang-orang yang diabaikan. Karena keterlibatan ayahnya dalam perjuangan kulit hitam, menyebabkan tak jarang mereka terkena teror, ancaman, pelecehan dan juga serangan-serangan pembunuhan. Kisah tragis itu menjadi makanan keseharian dari keluarga Malcom X. Kisah pembunuhan itu memuncak saat ayah kandungnya terbunuh oleh serangan rasial kulit putih saat Malcom X baru berumur enam tahun.

Masa-masa hidup selanjutnya dipenuhi dengan kisah kelam. Semenjak ditinggalkan ayahnya, pegangan atas hidup Malcom X seakan tidak ada. Ia bertumbuh menjadi pribadi keras dan liar. Hampir separo usianya telah bertemu dengan kehidupan hitam Amerika. Pencurian, perampokan, narkoba, pelacuran merupakan nafas kehidupan yang pernah dihirupnya. Kehidupan penjara juga pernah dialaminya. Kedapatan melakukan perampokan dan pencurian, Malcom X akhirnya harus hidup di penjara Amerika selama hampir tujuh tahun. Namun kisah penjara sekaligus sejatinya menjadi kisah titik balik bagi nilai hidup Malcom X.

Ia akhirnya dipertemakan dengan Mr. Elijah Muhammad, seorang tokoh Islam terkenal di Amerika  yang dianggap sebagai utusan Allah oleh pengikutnya justru saat di penjara. Tidak melalui kontak langsung tetapi melalui berbagai diskusi surat menyurat yang dilakukannya. Saat masih tinggal di penjara Chalestown State, Malcom X beberapa kali melakukan kontak surat dengan Elijah Muhammad. Pertemuan inipun tidak secara langsung. Melalui beberapa saudaranya yang terlebih dahulu sudah masuk Islam, Malcom X akhirnya mengenal ajaran dan nilai Islam. Kesadaran akan kebutuhan perjuangan yang lebih luas dimulai dari sini. Penjara memberikan waktu dan kesempatan banyak bagi malcom X untuk merefleksikan dan berkontemplasi. Tidak untuk melarikan diri dari realitas, tetapi membaca realitas dalam kacamata yang jernih dan lebih kritis. Dari penjaralah kemudian Malcom X menyadari mandat yang harus digelutinya.

Selama perenungan di penjara, Malcom X banyak membaca dan menganalisis. Berbagai buku tentang sastra, filsafat, agama dan ilmu-ilmu politik yang lainnya justru telah dilahap dengan baik. Di penjara pula Malcom X diperkenalkan dengan NoI (Nation of Islam), sebuah organisasi islam di Amerika yang terlibat dalam perjuangan atas penghapusan diskriminasi, ketidakadilan, peminggiran dan juga eksploitasi kulit hitam. Maka setelah keluarnya dari penjara, Malcom X kemudian langsung bergabung dengan organisasi yang dipimpin oleh Elijah Muhammad ini. Melalui perjuangan dan keterlibatan di organisasi ini, maka Malcom X menjadi figur dan sosok yang terkenal. Tak jarang ia begitu banyak mengisi berbagai tulisan di media dan juga wawancara di televis di Amerika untuk mengangkat perjuangan kulit hitam atas keadilan.

Dalam organisasi NoI, Malcom X juga tidak lama. Dinamika politik dan juga interaksi sosial yang ditemuinya memberikan tambahan berbagai cakrawala yang semakin luas. Pada titik inilah ia juga menyadari bahwa apa yang diperjuangkan oleh NoI justru juga membangun sikap-sikap rasialisme yang berbahaya. Bagi refleksi Malcom X, justru juga bertentangan dengan prinsip Islam yang lebih dasar. Pengembangan nilai Islam tidak akan benar jika dilakukan dengan ‘balas dendam’. Rasialisme kulit putih atas kulit hitam tidak bisa dibalik tetapi harus ditransformasikan untuk lebih adil dan egaliter. Atas pejalanan pemahaman dan perenungan itulah maka pada tanggal 28 Juni 1964, Malcom X mendirikan organisasi baru yang diberi nama Organization of Afro-American Unity sebagai kelompok organisasi yang memperjuangan nilai-nilai keislaman di Amerika.

Kepergian dari NoI tidak membuat cerita berakhir terutama ketegangan Malcom X dengan para militan pengikut setia Elijah Muhammad. Bahkan percobaan pembunuhan mati telah sering dialami oleh Malcom X beserta keluarganya atas perbedaan sikap ini. Ketegangan atas pilihan prinsip keyakinan dan politik inilah yang kemudian menjadi awal penembakan atas dirinya. Malcom X terbunuh pada saat ia memberikan ceramahnya di sebuah Hotel New York. Oleh tiga orang laki-laki yang kemudian diketahui sebagai anggota militan National of Islam (NoI), sebagai dugaan awal karena perbedaan prinsip perjuangan. Tetapi sampai sekarang problem motif yang paling mendasar atas pembunuhan  itu, semua orang tidak tahu. Sejarah yang jelas akan selalu mengenang berbagai kisah inspiratif dan nilai-nilai yang ditawarkannya. Hampir ribuan umat muslim Amerika dan jutaan orang muslim di dunia melihat betapa karya telah ditorehkan oleh seorang Malcom X dengan  resiko pilihan yang harus dihadapinya. Ia tak hanya berjuang untuk kuli hita, ia tak hanya berjuang untuk umat Muslim, ia sejatinya berjuang untuk kemanusiaan yang lebih besar.

Perjalanan kisah hidup dan Kematian Malcom X bisa dibaca tak hanya sebagai problem politik Amerika, melainkan sebuah cermin gambaran bahwa setiap pilihan atas perjuangan prinsip nilai kemanusiaan. Pandangan postrasialisme dan anti terhadap nasionalisme sempit sebenarnya wujud dari keterbukaan nalar Malcom X. Beberapa catatan harian Malcom X yang dituliskan dalam otobiografi bersama Alex Haley akan menunjukan sangat jelas transisi-transisi nilai yang dihayati dan digeluti oleh Malcom X. Pesannya menjadi meluas tak hanya bagi muslim Amerika, Negro Amerika atau warga Amerika, tetapi mencakup pandangan dunia tentang keterbukaan dan prinsip keteguhan nilai yang dalam taraf tertentu sering bertegangan.

Kisah Malcom X adalah fenomenal. Penulis buku The Black Muslims in America, Eric Lincoln memberi catatan besar, “bagi orang Negro di Amerika, kematian Malcom X merupakan kejadian paling dihormati setelah pendeportasian Marcus Garvey pada tahun 1920’an”. Sungguh seorang pejuang kulit hitam yang berhasil memoles visi atas kemerdekaan dari politik rasialisme yang sudah bercokol lama. Barangkali semua orang juga akan sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Roy Wilkins, Sekretaris Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang-orang Kulit Berwarna saat setelah kematiannya, “ Dia adalah ahli pidato yang memikat hati banyak orang, dalam kematiannya daya tarik Malcom X jauh lebih luas dann lebih mengganggu dibandingkan ketika dia masih hidup”. Barangkali menjadi amat tepat buku ini dibaca bagi semua orang untuk mengingatkan dunia bahwa peran ‘penganggu’ selalu amatlah berharga untuk mengingatkan politik dunia yang saat ini masih jauh dari rasa keadilan dan sepi atas penghargaan pada kemanusiaan.



Tidak ada komentar: