Malcom X Shabazz : Revolusioner Muslim Amerika
Oleh : Tri Guntur Narwaya, M.Si
“Anda tidak seharusnya dibutakan dengan semangat
patriotisme
sehingga tidak menyedari kenyataan. Apa yang salah
itu adalah salah,
tidak kira siapa yang melakukan atau mengatakannya”
(El-Hajj Malik El-Shabazz)
Tokoh dan orang besar akan lahir dari sebuah rahim sejarah yang
membentuknya. Orang-orang besar tak lahir seperti cerita dongeng di negeri
sulap. Ia tak terlahir begitu saja.
Seorang pahlawan atau orang-orang besar tak datang dari langit. Setiap
pergolakan dan dinamika sejarah sosial yang keras telah terbukti mampu menempa
lahirnya seorang yang besar. Salah satunya mungkin ingin ditunjukan dalam sosok
seorang El-Hajj Malik El-Shabazz, seorang muslim Negro Afrika berkebangsaan
Amerika Serikat yang amat terkenal dengan kiprah dan perannya dalam
memperjuangkan harkat kemanusiaan kulit hitam. Ia yang kemudian lebih akrab
dikenal dengan nama ‘Malcom X’ adalah pejuang muslim dan negro Amerika serikat
yang menentang diskriminasi ras di Amerika. Nilai-nilai ke-Islaman menjadi
inspirasi dan nilai besar yang mempengaruhi visi dan tindakannya.
Begitu besar dan bersejarahnya Malcom X bagi perjalanan Amerika Serikat,
foto dan gambarnya telah dijadikan salah satu seri gambar perangko pos Amerika
pada tahun 1999 sebagai pejuang kulit hitam yang bersejarah. Perangko tersebut
menjadi pengingat bagi siapa saja atas seluruh peran besarnya tak hanya untuk
sebuah perjuangan kemanusiaan, tetapi spirit Islam yang telah digelutinya.
Malcom X menjadi legenda tidak terlupakan. Sebuah narasi emas bagi perjuangan
Islam di Amerika. Begitu luar biasanya peran dan keterlibatannya dalam
memperjuangkan anti diskriminasi, otobiografi malcom X telah dianggap menjadi
salah satu karya non fiksi terbaik abad ini. Kisah Malcom X adalah kisah inspirasi
besar yang hampir bisa disejajarkan dengan karya-karya besar lainnya. Jika bagi
bangsa Amerika, mempunyai tokoh besar seperti Martin Luther King, maka bagi
bangsa muslim Amerika, mereka mempunyai legenda hidup yakni Malcom X.
Malcom X Shabazz terlahir di kota Omaha, Nesbraka, Amerika Serikat (19 Mei 1925–21 Februari 1965). Keluarganya berasal dari bangsa
kulit hitam Amerika. Ayah kandung Malcom X, Earl Little, adalah seorang pendeta
Kristen yang juga seorang pemimpin pada U.N.I.A (Univesal Negro Improvement Association) yang bergerak untuk sebuah
misi pemurnian ras kulit hitam di Amerika Serikat. Terlahir dalam rahim kandung
kulit hitam, bagi bangsa Amerika saat itu adalah sebuah kutukan. Diskriminasi
dan pemarginalan orang-prang negro begitu brutal. Mereka dianggap masyarakat
kelas rendah yang tersedia sebagai budak. Bahkan banyak orang kulit putih
merasa dirinya adalah lebih manusia dibanding mereka yang berkulit hitam.
Malcom X terlahir dalam sejarah ketika bangsa Amerika belum selesai melampui dan
menyadari kekeliruan atas politik diskriminasi yang dijalankan.
Buku otobiografi Malcom X yang diterbitkan penerbit Ufuk Press ini adalah
sebuah karya besar dari legenda pejuang muslim di Amerika. Otobiografi yang
ditulis bersama Alex Haley ini merupakan catatan lengkap yang bisa dibaca
tentang sepak terjang Malcom X. Karya aslinya yang berbahasa Inggris yakni The Autobiografi of Malcom X : As Told to
Alex Haley menjadi catatan penting
bagi sebuah kisah pribadi pejuang muslim negro tersebut. Kisah otobiografi
ini begitu menarik sebagai sebuah prosa hidup bagaimana kehidupan dihayati,
dipahami dan dikerjakan oleh Malcom X. Sebuah pengembaraan panjang seorang
pejuang muslim yang memberikan banyak inspirasi dan juga pengetahuan bagi
generasi sesudahnya.
Perjalanan masa kecilnya selalu bertemu dengan begitu ganasnya problem sosial. Malcom X
bersama keluarganya adalah hanya salah satu gambaran menyedihkan bagaimana
politik penghinaan dan diskriminasi berlangsung begitu vulgarnya. Digambarkan
dalam kisah hidupnya, bagaimana keluarga dan lingkungan masyarakat kulit hitam
menjadi himpunan orang-orang yang diabaikan. Karena keterlibatan ayahnya dalam
perjuangan kulit hitam, menyebabkan tak jarang mereka terkena teror, ancaman,
pelecehan dan juga serangan-serangan pembunuhan. Kisah tragis itu menjadi
makanan keseharian dari keluarga Malcom X. Kisah pembunuhan itu memuncak saat
ayah kandungnya terbunuh oleh serangan rasial kulit putih saat Malcom X baru
berumur enam tahun.
Masa-masa hidup selanjutnya dipenuhi dengan kisah kelam. Semenjak
ditinggalkan ayahnya, pegangan atas hidup Malcom X seakan tidak ada. Ia
bertumbuh menjadi pribadi keras dan liar. Hampir separo usianya telah bertemu
dengan kehidupan hitam Amerika. Pencurian, perampokan, narkoba, pelacuran
merupakan nafas kehidupan yang pernah dihirupnya. Kehidupan penjara juga pernah
dialaminya. Kedapatan melakukan perampokan dan pencurian, Malcom X akhirnya
harus hidup di penjara Amerika selama hampir tujuh tahun. Namun kisah penjara
sekaligus sejatinya menjadi kisah titik balik bagi nilai hidup Malcom X.
Ia akhirnya dipertemakan dengan Mr. Elijah Muhammad, seorang tokoh Islam
terkenal di Amerika yang dianggap
sebagai utusan Allah oleh pengikutnya justru saat di penjara. Tidak melalui
kontak langsung tetapi melalui berbagai diskusi surat menyurat yang
dilakukannya. Saat masih tinggal di penjara Chalestown State, Malcom X beberapa
kali melakukan kontak surat dengan Elijah Muhammad. Pertemuan inipun tidak
secara langsung. Melalui beberapa saudaranya yang terlebih dahulu sudah masuk
Islam, Malcom X akhirnya mengenal ajaran dan nilai Islam. Kesadaran akan
kebutuhan perjuangan yang lebih luas dimulai dari sini. Penjara memberikan
waktu dan kesempatan banyak bagi malcom X untuk merefleksikan dan
berkontemplasi. Tidak untuk melarikan diri dari realitas, tetapi membaca
realitas dalam kacamata yang jernih dan lebih kritis. Dari penjaralah kemudian
Malcom X menyadari mandat yang harus digelutinya.
Selama perenungan di penjara, Malcom X banyak membaca dan menganalisis.
Berbagai buku tentang sastra, filsafat, agama dan ilmu-ilmu politik yang
lainnya justru telah dilahap dengan baik. Di penjara pula Malcom X
diperkenalkan dengan NoI (Nation of Islam), sebuah organisasi islam di Amerika
yang terlibat dalam perjuangan atas penghapusan diskriminasi, ketidakadilan,
peminggiran dan juga eksploitasi kulit hitam. Maka setelah keluarnya dari
penjara, Malcom X kemudian langsung bergabung dengan organisasi yang dipimpin
oleh Elijah Muhammad ini. Melalui perjuangan dan keterlibatan di organisasi ini,
maka Malcom X menjadi figur dan sosok yang terkenal. Tak jarang ia begitu
banyak mengisi berbagai tulisan di media dan juga wawancara di televis di
Amerika untuk mengangkat perjuangan kulit hitam atas keadilan.
Dalam organisasi NoI, Malcom X juga tidak lama. Dinamika politik dan juga
interaksi sosial yang ditemuinya memberikan tambahan berbagai cakrawala yang
semakin luas. Pada titik inilah ia juga menyadari bahwa apa yang diperjuangkan
oleh NoI justru juga membangun sikap-sikap rasialisme yang berbahaya. Bagi
refleksi Malcom X, justru juga bertentangan dengan prinsip Islam yang lebih
dasar. Pengembangan nilai Islam tidak akan benar jika dilakukan dengan ‘balas
dendam’. Rasialisme kulit putih atas kulit hitam tidak bisa dibalik tetapi
harus ditransformasikan untuk lebih adil dan egaliter. Atas pejalanan pemahaman
dan perenungan itulah maka pada tanggal 28 Juni 1964, Malcom X mendirikan
organisasi baru yang diberi nama Organization
of Afro-American Unity sebagai kelompok organisasi yang memperjuangan
nilai-nilai keislaman di Amerika.
Kepergian dari NoI tidak membuat cerita berakhir terutama ketegangan Malcom
X dengan para militan pengikut setia Elijah Muhammad. Bahkan percobaan
pembunuhan mati telah sering dialami oleh Malcom X beserta keluarganya atas
perbedaan sikap ini. Ketegangan atas pilihan prinsip keyakinan dan politik
inilah yang kemudian menjadi awal penembakan atas dirinya. Malcom X terbunuh
pada saat ia memberikan ceramahnya di sebuah Hotel New York. Oleh tiga orang
laki-laki yang kemudian diketahui sebagai anggota militan National of Islam (NoI), sebagai dugaan awal karena perbedaan
prinsip perjuangan. Tetapi sampai sekarang problem motif yang paling mendasar
atas pembunuhan itu, semua orang tidak
tahu. Sejarah yang jelas akan selalu mengenang berbagai kisah inspiratif dan
nilai-nilai yang ditawarkannya. Hampir ribuan umat muslim Amerika dan jutaan
orang muslim di dunia melihat betapa karya telah ditorehkan oleh seorang Malcom
X dengan resiko pilihan yang harus
dihadapinya. Ia tak hanya berjuang untuk kuli hita, ia tak hanya berjuang untuk
umat Muslim, ia sejatinya berjuang untuk kemanusiaan yang lebih besar.
Perjalanan kisah hidup dan Kematian Malcom X bisa dibaca tak hanya sebagai
problem politik Amerika, melainkan sebuah cermin gambaran bahwa setiap pilihan
atas perjuangan prinsip nilai kemanusiaan. Pandangan postrasialisme dan anti
terhadap nasionalisme sempit sebenarnya wujud dari keterbukaan nalar Malcom X.
Beberapa catatan harian Malcom X yang dituliskan dalam otobiografi bersama Alex
Haley akan menunjukan sangat jelas transisi-transisi nilai yang dihayati dan
digeluti oleh Malcom X. Pesannya menjadi meluas tak hanya bagi muslim Amerika,
Negro Amerika atau warga Amerika, tetapi mencakup pandangan dunia tentang
keterbukaan dan prinsip keteguhan nilai yang dalam taraf tertentu sering
bertegangan.
Kisah Malcom X adalah fenomenal. Penulis buku The Black Muslims in America,
Eric Lincoln memberi catatan besar, “bagi
orang Negro di Amerika, kematian Malcom X merupakan kejadian paling dihormati
setelah pendeportasian Marcus Garvey pada tahun 1920’an”. Sungguh seorang
pejuang kulit hitam yang berhasil memoles visi atas kemerdekaan dari politik
rasialisme yang sudah bercokol lama. Barangkali semua orang juga akan sepakat
dengan apa yang dikatakan oleh Roy Wilkins, Sekretaris Asosiasi Nasional untuk
Kemajuan Orang-orang Kulit Berwarna saat setelah kematiannya, “ Dia adalah ahli pidato yang memikat hati
banyak orang, dalam kematiannya daya tarik Malcom X jauh lebih luas dann lebih
mengganggu dibandingkan ketika dia masih hidup”. Barangkali menjadi amat
tepat buku ini dibaca bagi semua orang untuk mengingatkan dunia bahwa peran
‘penganggu’ selalu amatlah berharga untuk mengingatkan politik dunia yang saat
ini masih jauh dari rasa keadilan dan sepi atas penghargaan pada kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar