Minggu, 09 November 2008

Menengok Amerika : Demokrasi Palsu?

Menengok Amerika : Demokrasi Palsu?

Keasyikan Amerika dengan promosi demokrasi di seluruh dunia merupakan produk gerak hati idealistis yang berbahaya. Henry Kissinger dalam bukunya yang berjudul ‘Diplomacy’ menyatakan perhatiannya melawan gerak hati neo-Wilsonian, yang menyebutkan bahwa kebijakan luar negeri Amerika lebih dibentuk oleh nilai daripada kepentingan. Promosi Amerika tentang demokrasi di seluruh dunia, khususnya mengikuti akhir perang dunia II yang mencerminkan pemahaman yang pragmatisme, berkembang dan sophisticated tentang bagaimana menciptakan tata dunia yang yang stabil dan relatif damai. Ini yang disebut sebagai strategi besar ‘liberal’ yakni strategi yang berdasarkan pandangan amat realistis bahwa karakter politik negara lain mempunyai pengaruh besar pada kemampuan Amerika untuk meyakinkan kepentingan keamanan dan ekonominya.

Kegagalan doktrin liberal yang nampak dalam kegagalan spektakuler Wilson untuk menciptakan tata dunia melalui pembentukan Liga Bangsa-Bangsa setelah perang dunia I terbukti tidak berpengaruh pada Amerika. Doktrin liberal memang tidak pernah diproduksi lagi. Namun eksistensinya tetap terbayang dalam kerja praktik pejabat Amerika khususnya dalam upaya merekonstruksi Eropa (setelah perang dunia II) dan membuka ekonomi dunia postwar (setelah perang). Keberadaannya tidak hanya dirasakan ketika dibentuk PBB, IMF, Bank Dunia dan apparatus GATT, yang semua dirancang untuk mengamankan apa yang disebut Presiden Harry Truman sebagai ‘perdamaian ekonomi’. Pejabat Amerika mendasarkan fondasi tata demokratik liberal pada prinsip keterbukaan ekonomi, resiprositas politik dan manajemen konflik dalam lembaga multinasional baru. Seperti yang dipercayai Reagan dan aliansinya bahwa ia memeluk keyakinan tradisi internasionalis liberal karena semakin demokratis maka semakin sedikit ancaman untuk Amerika Serikat.

Apa yang ditekankan oleh kebijakan luar negeri Amerika adalah seberapa dalam internasionalisme liberal bipartisan (dua partai, liberal dan republic) mengikuti kebijakan yang mencerminkan komitmen kuat atas ekspansi demokrasi, pasar dan aturan hukum. Saat ini baik partai liberal maupun republik mempunyai agenda terorganisir kebijakan luar negeri yang sama, yakni internasionalisme bisnis, organisasi keamanan dan ekonomi multilateral, dan pembangunan komunitas demokrasi. Koalisi ini tidak seperti yang terjadi pada tahun 1940 di mana Amerika Serikat sedang dalam upaya membentuk dunia setelah perang (postwar). Anggota kedua partai tersebut tidak mempunyai motiv kepentingan dan motiv politik yang sama. Sebagian mengejar demokrasi, aturan hukum dan hak asasi manusia, sementara sebagian lainnya mengekspansi dan mengamankan bisnis dan pembayaran tidak langsung untuk keamanan nasional.

Amerika Serikat mungkin ditakdirkan untuk mengejar strategi besar demokrasi. Karakter ini nampak dalam system yang mendukung orientasi strategi liberal umum. Di belakang semua ini berdirilah kesatuan penyokong, mulai dari korporasi Amerika Serikat yang berdagang dan berinvestasi di seluruh dunia sampai kelompok hak asasi manusia, sampai pendukung demokrasi, sampai mereka yang mempercayai organisasi multilateral.

Tidak ada komentar: