Minggu, 16 November 2008

Riset Aksi Partisipatoris dan Tantangan

Riset Aksi Partisipatoris dan Tantangan
Perubahan Sosial



“Kita semua telah dijajah dalam sebuah masyarakat modern
di mana hampir dari seluruh transaksi untuk pangan, papan,
transportasi, pendidikan anak-anak dan jaminan orang tua
dilakukan dengan uang”
(David C. Korten)



Pada dasarnya “Riset Aksi Partisipatoris” yang banyak dipopulerkan oleh pemikiran-pemikiran kritis seperti halnya Paulo Freire, Antonio Gramsci dan para pemikir kritis mazhab kritis Frankfurt adalah upaya keluar dari kebuntuan mainstream analisis sosial dan riset yang mekanis dan positivistik. Prinsip pokok yang ingin diangkat dalam riset ini adalah meletakan keterlibatan subjek masyarakat sebagai bagian penting dalam analisis sosial. Orientasi riset diarahkan untuk melakukan usulan-usulan perubahan dalam nilai proses yang dialektikal yakni dikembangkan dalam spirit “aksi - refleksi –aksi”.

Dalam proses riset ini tidak ada kesimpulan akhir, karena menyadari bahwa kondisi objektif masyarakat akan selalu berkembang, berubah dan berdinamika dengan seluruh keterkaitan perubahan-perubahan kondisi objektif yang ada. Menjadi jelas bahwa “Riset Aksi Partisipatoris” memang tidak diorientasikan untuk melakukan kesimpulan atas hipotesa kita tentang masyarakat, melainkan menjadi “alat dan senjata analisis” untuk mendorong berbagai perubahan sosial. Ada tiga pilar penting untuk membaca secara utuh dimensin riset aksi ini, yakni : metodologi riset, dimensi aksi dan dimensi partisipatoris. Tiga pilar itu lebih jelasnya akan mengatakan bahwa “Riset Aksi Partisipatoris” dikerjakan dengan memacu pada paradigma dan metodologi riset tertentu, harus diorientasikan untuk melakukan aksi perubahan dan transformasi sosial, dan dalam praktiknya riset ini harus melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses riset sosial.

Pemahaman-pemahaman dasar apa yang perlu untuk diketahui dalam metodologi riset ini? Mengapa riset ini bisa dikatakan mempunyai berbagai ciri kelebihan? Bagaimana alur proses yang menjadi tahapan dan fase riset aksi partisipatoris?Menjadi sangat penting untuk menjelaskan fundamen dasar yang menopang metodologi analisis dan riset aksi partisipatoris..

Riset Aksi Partisipatoris secara sadar mengakui bahwa riset ini mempunyai kerangka dasar perspektif yang lebih kritis dibandingkan dengan pola-pola riset “konvensional” yang masih menjadi mainstream penelitian saat ini. Paradigma kritis tentu saja mendorong lahirnya sebuah riset sebagai cara membangun emansipasi. Riset ini secara sadar mengakui adanya usaha wajib untuk keterlibatan penuh antara subjek peneliti dan subjek komunitas (rakyat). Persentuhan dan keterlibatan peneliti dalam masyarakat bukan hanya dalam hal kedekatan jarak secara fisik melainkan subjek peneliti menjadi bagian utuh dari proses hidup komunitas. Riset Aksi Partisipatpris dilaksanakan secara partisipatoris di antara masyarakat dalam sebuah komunitas atau lingkup sosial yang lebih luas untuk mendorong terjadinya aksi-aksi transformatif. Konsep transformasi yang ditawarkan minimal membawa pesan pertama, membawa orang-orang yang terisolasi kedalam masalah dan kebutuhan bersama; kedua, melakukan berbagai dialog dan validasi pengalaman untuk proses pemahaman dan refleksi kritis; ketiga, menyajikan pengetahuan dan pengalaman peneliti sebagai informasi tambahan bagi upaya refleksi secara kritis; keempat, keempat, mengkontekstualisasikan apa yang selama ini dirasakan setiap pribadi; kelima, menghubugkan pengalaman pribadi dengan kenyataan-kenyataan sosial di sekitarnya.

Riset Aksi Partisipatoris sangat menolak peran intelektual yang berdiri sebagai “arsitektur sosial” yang berjarak dengan komunitas. Asumsinya adalah bahwa riset bukan hanya sekedar ditempatkan sebagai alat untuk memahami ketidakadilan dalam masyarakat melainkan berupaya membantu rakyat menuju upaya “emansipasi”. Riset ini sekaligus mempunyai keterikatan moral untuk menjadi “kritik” terhadap status quo dan memciptakan kondisi masyarakat yang lebih adil. Riset ini sangat menghindari sikap-sikap dan praktik-praktik yang memisahkan penelitian dalam keterkaitan subjek dan objek penelitian. Peneliti dan partisipan adalah aktor bersama dalam proses investigasi, saling mempengaruhi, menginterpretasikan berbagai kejadian praktik masyarakat, berbagi pengalaman atas pilihan aksi.

Sikap dasar riset ini selalu meletakkan dan menitikberatkan pada “kualitas proses” daripada “hasil” sehingga mendorong kecenderungan analisis sosial tidak harus didesain secara baku sebelumnya. Kesahihan sebuah analisis dan riset sosial tidak ditentukan oleh sejauh mana prosedur riset itu “objektif” atau tidak melainkan ditentukan oleh sejauh mana proses“ dialektis bersama rakyat dilakukan dalam integrasi intersubjektif peneliti dan rakyat. Riset Aksi Partisipatoris tidaklah dilakukan dalam ruang laboratorium melainkan dalam latar alamiah bersama masyarakat. Kulaitas riset dan analisis berjalan tanpa melalui rekayasa buatan yang sudah didesain sebelumnya.

Sebagai pilihan etisnya sesuai dengan kerangka “axiologis” yang dibawa oleh “paradigma kritis”, rumusan-rumusan masalah selalu dilahirkan oleh subjek peneliti bersama masyarakat. Pendekatan kritis nselalu menekankan peran penting “dialog” menyeluruh di antara subjek peneliti dan masyarakat. Hubungan yang terbanguin tidaklah dalam peran deterministik “subjek – objek” melainkan “subjek –subjek”. Riset Aksi Partisipatoris lebih banyak juga dikenal sebagai “riset tindakan”. Pendekatan ini banyak diorientasikan untuk “membongkar budaya bisu” masyarakat yang sudah sekian lama terbelenggu budaya-budaya yang dominan. Budaya-budaya dominan banyak ditunjukan dalam budaya-budaya teknokratis dan mekanistis yang banyak menjadi ciri menonjol masyarakat modern. Proses riset sekaligus sebagai “proyek pemberdayaan aktif”. Riset Aksi ini sekaligus berperan penting untuk membongkar pengetahuan yang melegitimasi praktik pembangunan yang berjalan timpang sambil melakukan proses transformasi sosial. Hasil yang diharapkan tentu saja adalah adanya tindakan kritis untuk mendorong perubahan sosial dan memperkuat masyarakat yang hidup dalam ketimpangan.

Riset ini lebih banyak dipengaruhi oleh perspektif teoritis “fenomenologis kritis” yang lebih memandang masyarakat sebagai entitas yang kedudukannya sangat khas, subjektif dan kontekstual secara ruang dan waktu, sehingga peneliti perlu memahaminya dengan cara lebih kritis segala fenomena masyarakat dalam konteksnya yang khas. Ada situasi yang merajut dalam matarantai masyarakat yang serba kompleks. Proses perjalanan masyarakat tidak hanya bisa dipandang sebagai proses yang alamiah. Masyarakat hidup dalam ketegangan-ketegangan dan relasi dialektik di setiap unsur. Dalam banyak hal situasi di hadapan kita tidaklah berjalan lancar tetapi penuh relasi keterkaitan kepentingan yang saling mempengaruhi.

Riset Aksi Partisipatoris dalam tahapan dan langkah awalnya dimulai dengan mengidentifikasikan masalah-masalah sosial nyata dan kongkrit yang dihadapi masyarakat bersama subjek peneliti. Dari investigasi dan penemuan masalah tersebut, pada akhirnya ada upaya menemuakan pemecahan-pemecahan masalah yang keluar sepenuhnya dari masyarakat melalui program-program aksi kongkrit. Karena arah dasarnya sebagai upaya mendorong pembebasan terhadap struktur-struktur sosial yang tidak adil yang menindas, maka riset aksi partisipatoris cenderung dan sering dilihat sebagai riset dengan “pendekatan politis”. Riset aksi ini selalu melakukan apa yang disebut sebagai “kritik ideologi” yang mampu untuk melihat mana struktur sosial yang adil dan mana yang tidak. Metode aksi partisipatoris secara sederhana bisa digambarkan melalui fase tahapan yakni : interpretasi, analitis empiris, dialog kritis dan dilanjutkan dengan aksi.

Identifikasi persoalan awal dengan melakukan pemetaan potensi kelompok progresif adalah dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan bahwa hanya dengan bisa membangun potensi tersebut maka “Riset Aksi Partisipatoris” akan sejak awal mampu mempersiapkan tujuan akhir dari sebuah riset kritis yakni pemberdayaan yang berorientasi pada aksi perubahan.

Mempelajari kondisi struktur sosial yang menghambat aksi memberi pengertian bahwa sebuah riset aksi berusaha untuk mampu membongkar “kesadaran kemapanan” dan jerat-jerat ideologi dominan. Tugas riset aksi partisipatoris adalah menentang sebuah bentuk rpresi cara berpikir dan mampu bertindak secara manusiawi baik secara individu maupun kekompok karena kepentingan dasar riset ini adalah “keperpihakan”. Mekanisme tahapan Riset Aksi Partisipatoris dengan tahapan “ aksi – refleksi – aksi “ tentunya menjadi alur tahapan yang tidak sederhana. Artinya untuk bisa memahami problem mendasar dari sebuah riset aksi, berarti subjek peneliti juga harus mampu membongkar problem-problem riil yang ada dihadapi oleh masyarakat.




“Penelitian akademis menyuburkan berbagai macam bentuk
imperialisme ekonomi dan kultural
dengan membentuk dan melegitimasi kebijakan0kebijakan
yang memperkokoh relasi kekuasaan yang tidak adil”
(Laurie Annie Whitt)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Membaca artikel diatas, sedikit membuka pengetahuan saya tentang apa dan bagaimana riset aksi itu. good artikel

priyonisme mengatakan...

wah.. lama juga ni... gak ketemu mas guntur.. terahir dapet materi pas waktu LK II HMI UII 2013 kemarin.. ni karena mau ada riset kecil-kecil ketemu lagi sama mas guntur... mencerahkan setelah membaca tulisannya mas guntur.. tinggal langka-kangkahnya saja ini .. makasih mas...