Jumat, 26 Agustus 2011

Mengenang Petrus Bimo Anugrah


Perkenankan saya hanya mau memposting sebuah pengalaman dan renungan batin seorang Petrus Bimo Anugrah, mahasiswa Ilmu Komunikasi 1990 Universitas Airlangga Surabaya, salah satu diantara pejuang dan aktifis reformasi yang menjadi korban dari sistem represif Orde Baru. Sebuah tafsir ungkapan doa dari Doa Bapa Kami :




Bapa Kami


dimodifikasi oleh Bimo Petrus Anugerah)



Bapa Kami yang ada di surga

Engkaulah Allah yang memihak orang melarat, bukan pada orang yang gila harta

Engkaulah Allah yang berdiri di sisi orang yang tertindas, bukan pada orang yang gila kuasa

Engkaulah Allah yang berbelas kasih pada orang yang hina, bukan pada orang yang gila hormat



Dimuliakanlah Nama-Mu

Di antara para petani, yang menggarap sawah – sawah tergadai

Di lingkungan para buruh, yang harus berteduh di gubuk kumuh

Di kalangan anak asongan, yang harus mandi di sungai tercemar

Di antara rakyat kecil, yang tergusur demi suksesnya pembangunan



Datanglah kerajaan-Mu

Yakni di dunia baru

Yang berlandaskan cinta kasih

Yang berhaluan kebebasan

Yang betatanan keadilan



Jadilah kehendak-Mu di atas bumi

Untuk memberi makan pada yang lapar

Untuk memberi minum pada yang haus

Untuk memberi tumpangan pada para pendatang

Untuk memberi pakaian pada yang telanjang

Untuk melawat mereka yang sakit

Untuk mengunjungi mereka yang ada dalam penjara

Untuk memperjuangkan hak – hak mereka yang tertimpa ketidakadilan



Seperti di dalam surga

Yang berpihak pada rakyat kecil

Yang mengutuk segala bentuk intimidasi

Yang menghilangkan segala upaya pembodohan masyarakat

Yang membongkar segala praktik bisnis tanpa moral

Yang membongkar segala praktik penyalahgunaan kekuasaan



Berilah kami rejeki pada hari ini

Agar kuat dan bekobar dalam membongkar budaya bisu

Agar kuat dan pantang mundur dalam melawan budaya takut

Agar kuat dan berani melawan budaya pakewuh



Dan ampunilah kesalahan kami

Karena kami diam, ketika hutan – hutan dibabat untuk arena balap mobil

Karena kami bungkam, ketika rumah dan ladang digusur untuk lapangan golf

Ketika kami bisu, ketika sawah –sawah dirampas untuk rumah mewah

Karena kami acuh, ketika rakyat kecil disingkirkan demi gemerlapnya keindahan
kota



Seperti kami pun mengampuni

Mereka yang bersalah pada rakyat

Melalui sistem pembodohan nasional

Sehingga rakyat hanya mampu berkata “ya”, ya dan ya”



Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan

Sehingga kami ikut melakukan kekerasan, seperti mereka yang tidak mengenal Tuhan

Sehingga kami hanya mampu melontarkan kritik, tanpa kami sendiri bertindak adil, jujur dan bertanggungjawab

Sehingga kami berpihak dan membantu orang kecil, tetapi kami sendiri tidak terlepas dari permainan manipulasi



Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat

Yakni pikiran untuk memonopoli kekayaan alam

Perkataan untuk memanipulasi pendapat umum

Perbuatan yang melecehkan keinginan rakyat



Amin.

Tidak ada komentar: