Rabu, 27 Agustus 2008

Hati-hati Ada hantu Partai Politik (bagian 4)

Hati-hati Ada hantu Partai Politik (bagian 4)

Sebagai bahan pertimbangan, kita perlu untuk menunjukan mengapa penting untuk bersikap kritis terhadap Partai-partai politik dan pemilu saat ini .

1. Sistem kepartaian dan pemilu kita saat ini adalah buah karya dan kreasi para cukong-cukong dan juragan-juragan kapitalisme modal dengan berbagai dalihnya, dengan berbagai kepentingannya, dengan berbagai tipu muslihatnya dan dengan berbagai tangan-tangan politiknya baik para kader parpol, politisi busuk, broker politik, intelektual partikelir, preman-preman dan juga jasa-jasa keamanan bayaran, kaum-kaum mapan dan juga birokrat korup untuk membangun seolah-olah Pemilu adalah ruang yang kondusif bagi perubahan. Kesadaran massa telah direpresif dan dihegemoni sedemikian rupa sehingga ruang-ruang kesadaran dipaksa untuk mengimani mainstream politik yang terbukti gagal dan membunuh rasa keadilan. Pemilu dalam sistem yang masih timpang ini adalah momen kebohongan paling besar dan demokrasi liberal yang ujung akhirnya adalah berburu rente keuntungan uang dan kekuasaan.

2. Pemilu bagi para pemburu rente keuntungan adalah ruang tepat untuk membangun legitimasi dan dukungan massa yang lebih bersifat ilusif ketibang ikatan kongkrit antara para pemilih dan yang dipilih. Dengan terlegitimasinya ruang politik, maka para pemburu rente kekuasaan akan dengan leluasa untuk menetapkan kebijakan-kebijakan politik ekonomi sesuai dengan kehendak mainstream politik dan sekaligus dengan mudah melupakan dan meninggalkan segala janji politik untuk memperbaiki negeri ini dari keterpurukan.

3. Bagi yang buta percaya sepenuhnya pada sistem pemilu saat ini tidak ada ubahnya sebagai sikap percaya dan menyerahkan negeri ini untuk dibajak dan dikuasai oleh para bandir-bandit politik yang notabene lebih dominan hdiup dan bergerak dalam ruang-ruang politik liberal kita. Mereka sudah terbukti gagal membingkai negeri ini lebih baik. Kenekatan mereka merupakan bukti bahwa mereka tidak pernah sadar dan arif untuk mengakui bahwa partai-partai politik sudah gagal mengemban mandat perubahan.

4. Banyak politisi muda yang tidak kalah arogan dan sombongnya. Dengan berbekal banyak koneksi bandit-bandit kekuasaan ikut ramai-ramai untuk memburu rente. Dengan tidak pernah berbekal keterlibatan untuk menyentuh problem-problem mendasar rakyat, mereka menegaskan diri mampu untuk memberi sesuatu bagi negeri ini. Alih-alih bisa berkontribusi dalam perubahan, karena kehilangan akar ideologi keperpihakan mereka justru tidak malu-malu hidup bergelimang dalam denyut kekuasaan yang korup.

5. Apa yang perlu dibangun negeri ini bukan mengajarkan massa untuk hanyut dan terbiasa menyerahkan nasib pada sistem perwakilan yang kerap terbukti menipu tetapi mendidik etos, sikap, karakter dan militansi massa dengan menyadari bahwa perubahan hanya akan terjadi dalam keterlibatan dan solidaritas bersama-sama mereka yang terpinggirkan dan menjadi korban kekuasaan. Logikanya sangat sederhana, bagaimana kita bisa yakin dan percaya kepada partai-partai politik yang anti perubahan untuk membawa spirit perubahan.Bagaimana mungkin mereka akan bisa memberikan sesuatu yang berharga bagi massa rakyat jika dalam cara pikir mereka anti rakyat. Secara ontologis saja premis kepercayaan partai politik seperti ini adalah cacat besar dalam demokrasi yang sebenarnya.

6. Berapa dana, tenaga, energi dan pembiayaan yang harus diberikan pada ruang pemilu ini. Apalagi bagi mereka yang sahwatnya tidak kepalang untuk memburu kekuasaan. Sangat fantastis... !! Tampa sadar rakyat selalu dididik untuk mengamini bahwa "..yang mempunayi kapital adalah berhak berkuasa. Maka wajar jika pemilu kedepan hanyalah pesta bagi para cukong modal untuk bertaruh dengan trilliunan uang yang dihasilkan jelas-jelas dengan dana-dana haram. Pada setiap pemilu, siapa yang akan menang selalu akan bisa dan mudah ditebak muka-mukanya. kekuasaan lama tidak sedikitpun bergeser, mereka tetap angkuh untuk berkuasa. Mereka pintar merubah wajah demi langgengnya kekuasaan dengan bermetamorfosis dalam partai-partai dan organ-organ politik baru.

Tidak ada komentar: