BELUM LAMA IA
DIKUBURKAN
Oleh : Tri Guntur Narwaya
Kuingat belum lama ia dikuburkan…..
Mati karena tersungkur jatuh
Dalam tumpukan hasrat dan kekerdilan
ambisi
Yang membutakan sluruh perangkat akal
sehatnya
Terjungkal oleh gelap rasa takutnya
sendiri
Ingin membeli ‘mimpi’ dengan uang haram
keculasan
Kuingat belum lama ia dikuburkan…..
Kepergiannya tak dirayakan para sahabat
Yang pernah memeluk dan merawatnya
Selayaknya kehilangan yang harus
ditangisi
Hingga kutukan itu menjemputnya
Bersemayam dalam gelap dan bayangan
Pada batu nisan tak bernama
Tanpa rasa hormat dan air mata
Wajah dan nafasnya tak lagi di atas
tanah
Hanya busuknya mudah terendus
Dalam hembusan bau anyir dan aroma
kotoran
Merayap dan menularkan pada yang hidup
Dan semua saja yang mudah terkesima dan
lupa
Kuingat belum lama ia dikuburkan …..
Dulu ia datang dengan pesona
Berteriak lantang menantang
Dalam rajutan keras kata-kata
Dan indah prosa dan bait-bait tulisan
Tak ada yang pernah berucap….
bahwa ia punya mulut srigala
Rakus memakan apa saja
Yang ada hanya rasa sanjungan
Menggelayut mesra hingga kematiannya
Ia dulu barangkali lupa…
Pujian adalah mata pisau berkarat
Yang saat ini telah membunuhnya
Ia dulu barangkali lupa…
Kritikan adalah mutiara emas
Yang slalu memberi kecerahan warna
Tapi mahluk itu telah dikuburkan
Bersama dengan cerita horror tentang
penghianatan
Pada pilar gagasan mulia gerakan
Yang telah disampahkan dan
diinjak-injaknya sendiri
Kisahnya kini telah dilarung dalam
lautan peringatan
Bersama ombak kehidupan yang bisa
menerjang siapa saja.
Bahwa kerja penghianatan adalah lubang
kerapuhan tanpa dasar
Kuingat belum lama ia dikuburkan …..
(Bantul.
30 Agustus 2013)