17 Jam Perjalanan
Rasanya tak salah...
aku menyebutnya sebagai hadirnya ketidakhadiran
Sebuah labirin waktu yang menyapa
namun asing tak terjamah
sebuah bayangan yang tak lagi menyentuh tubuh...
'Aku' mengejanya senyap tanpa suara
Namun tetap tak bisa menyembunyikan 'selaksa gelisahku'
Apa yang kutakutkan terlihat merupa kembali
Menambah kesatiran pertanyaan-pertanyaan itu
Hanya suara yang kudengar tak lagi pongah
namun redup..sayu..dan dingin..
Tatapannya masih rakus menusuk
Rasanya ingin menelan apa saja yang bisa ditelan
Tak mudah mengubur masa lalu
Ia selalu menyesap dalam kehadiran
Berguman pada setiap lubang pori-pori tubuh
Ia juga bukan soal usia waktu
Karena waktu tetaplah waktu yang diam
Kita saja yang sejatinya bergerak
Berharap memeluk batas horison
Dimana tak ada batas capaian akhir
Dalam batas yang tak terbatas
Yang sejatinya tak akan pernah diam berhenti
Semua berjalan dalam setiap gerak dan alirannya
Aku beranikan untuk lancang berharap
Kesepian dan kesakitan mampu merubahnya
Walau ini terasa jahat dan terdengar tak masuk akal
Apa yang kau lamunkan sejatinya sudah jauh
Mahkota dynasti yang kau bangun hanyalah mimpi
Sejarah telah menunggu rapuhnya
Tangan generasimu hari ini akan merubahnya
Tak harus menghirup kembali bau kepongahan itu
Namun berani memutus...
setiap infeksi yang telah ditularkan
Dengan begitu apa yang pantas lahir...
harus segera dilahirkan
Walau kadang harus dengan jalan kesakitan
(Bantul, 29 Agustus 2013)